Rabu, 04 Mei 2011

Implementasi Catur Purusha Arta Dalam Kehidupan

Untuk memudahkan penjelasan, kita simbolikkan Catur Purusha Artha sebagai sebuah lingkaran yang terbagi dua. Karena dalam kehidupan ada dua wilayah, yaitu wilayah-wilayah kerja dan wilayah-wilayah semesta.





Hidup terlalu miskin dibandingkan orang lain, kurang makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa berobat ke dokter, dll, pasti juga bisa mendatangkan banyak masalah dan kesulitan dalam hidup. Juga punya potensi untuk menjebak kita ke dalam kegelapan bathin. Sehingga kita memang perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang. Inilah tujuan dari Artha [kekayaan] dan Kama [keinginan].

Tapi dengan catatan semua itu bukanlah tujuan utama dalam hidup. Banyak uang, berpendidikan tinggi, semua kebutuhan serba ada, dll, hanyalah moment yang sangat sementara dibandingkan perjalanan panjang kita dalam roda samsara. Bila kita tidak hati-hati di dalam upaya mencari uang, kita bisa terjerumus ke dalam kegelapan bathin. Kita sukses secara materi tapi gagal secara rohani. Kita menciptakan banyak kesengsaraan bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri. Sehingga Artha [kekayaan] dan Kama [keinginan], mutlak harus diimbangi dengan Dharma, agar kita tidak hanya sukses secara duniawi tapi juga sukses secara rohani [Moksha].

Bagaimana agar Catur Purusha Artha bisa terlaksana secara seimbang ? Dalam wilayah kerja, kita melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita dengan sebaik-baiknya. Yang jadi pegawai bekerjalah sebagus mungkin, yang menjadi pelajar belajarlah sebagus mungkin, yang menjadi ibu rumah tangga jadilah ibu rumah tangga sebagus mungkin, yang jadi gubernur jadilah gubernur yang terbaik, dll sesuai dengan bidang kita dan tugas kehidupan kita masing-masing. Menjadi presiden dengan menjadi ibu rumah tangga adalah sama mulianya, menjadi orang suci dengan menjadi tukang sapu adalah sama mulianya, sesuai dengan tugas kehidupan masing-masing.

Hidup ini tidak mudah dan penuh gejolak. Tapi gejolak kehidupan akan menjadi lebih ringan, kalau kita berupaya melaksanakan tugas yang diberikan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Apapun yang ditugaskan oleh kehidupan, lakukan yang terbaik. Tapi setelah kita melakukan yang terbaik, tidak jaminan keinginan akan kita tercapai. Karena ada wilayah kedua yang tidak menjadi wewenang kita, yaitu wilayah semesta. Kerja, usaha, upaya, memang bisa merubah jalan kehidupan, tapi tidak semua. Sehebat-hebatnya wilayah kerja, selalu menyisakan wilayah kedua, yaitu wilayah semesta.

Menyangkut wilayah kerja, lakukan yang terbaik. Menyangkut wilayah semesta syukuri apapun yang anda peroleh [baik-buruk] dengan hati yang damai.

TIGA JENIS ARTHA DAN KAMA

Ada tiga macam cara meraih Artha dan Kama :

1. Artha dan Kama yang bersifat Tamasik.

Kita mengupayakan artha dan kama dengan menggunakan cara-cara yang merugikan orang lain. Misalnya : korupsi, mencuri, merampok, curang, tidak adil dalam pembagian hasil, memeras, mengeksploitasi orang lain, memanipulasi, dll. Tanpa pernah berpikir bahwa orang lainpun ingin bahagia dan berkecukupan seperti kita. Perlu rasa aman secara materi, tidak ingin diganggu dan disakiti.

Mereka yang mencari materi, kebahagiaan dan kesenangan dengan merugikan orang lain sesungguhnya sedang menciptakan kesengsaraan bagi dirinya sendiri. Usaha yang dilakukan dengan keserakahan [lobha], sentimen atau kebencian tidak hanya membuat orang lain menderita, tapi sekaligus akan mendatangkan kegelapan bathin dan memperbanyak karma buruk bagi dirinya sendiri. Dia akan menjerat dirinya sendiri dalam kegelapan.

2. Artha dan Kama yang bersifat Rajasik.

Kita mengupayakan artha dan kama dengan cara-cara yang tidak merugikan orang lain. Tapi kita tidak mau tahu dengan kesulitan dan kesengsaraan orang lain. Kita melupakan orang lain. Kita hanya memikirkan diri kita dan keluarga kita sendiri.

Hal ini tidak sepenuhnya salah. Kelihatannya hidup seperti ini mudah dan enak. Tapi mereka yang seperti ini sebenarnya sedang menyia-nyiakan hidupnya untuk merubah putaran karmanya sendiri dan evolusi bathinnya dalam roda samsara. Kalau tidak hati-hati mereka juga bisa terperosok ke dalam kegelapan bathin, karena hidup seperti ini hanyalah hidup yang mementingkan diri sendiri. Tanpa welas asih dan kebaikan.

3. Artha dan Kama yang bersifat Sattvik.

Ini adalah cara yang terang benderang. Kita mengupayakan artha dan kama dengan cara-cara yang tidak merugikan orang lain, sekaligus berguna bagi banyak orang lainnya.

Yang terpenting pertama kali adalah orang-orang dimana kita memiliki tanggung-jawab kerja dan orang-orang di lingkungan kerja itu sendiri. Misalnya kalau kita jadi pengusaha atau manajemen perusahaan, pertama kita harus bekerja keras agar konsumen kita puas dan kedua kita harus memikirkan bagaimana karyawan atau bawahan kita bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Atau kalau kita jadi pejabat pemerintahan atau PNS, pertama kita harus bekerja keras agar rakyat benar-benar bisa sejahtera dan kedua kita harus memikirkan bagaimana pegawai pemerintahan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Karena orang lainpun ingin bahagia dan berkecukupan seperti kita. Perlu rasa aman, tidak ingin dimanfaatkan dan disakiti. 

Setelah hal ini dapat terlaksana, kita wajib memperluas cakupannya ke lingkup yang lebih luas lagi dan lebih luas lagi.

PENUTUP

Catur Purusha Artha memberikan kita arahan dalam hidup ini. Tidak hanya bermalas-malasan, tidak hanya sembahyang atau meditasi, tapi harus seimbang dengan bekerja keras [ngayah, bhakti] di dalam melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita masing-masing demi kebaikan orang lain. Buang segala keserakahan [lobha]. Hiduplah dengan penuh welas asih dan kebaikan. Apapun hasilnya terima dengan hati damai dan penuh rasa syukur.

Rumah Dharma - Hindu Indonesia
13 January 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar