Minggu, 19 Juni 2011

Hukum Karma


Hindu mengajarkan bahwa di keseluruhan alam semesta ini berlaku dua hukum semesta, yaitu Hukum Karma [hukum yang mengatur mahluk, jalan hidup dan kehidupan] dan Hukum Rta [hukum alam, yang mengatur alam semesta, benda dan materi]. Kedua hukum ini saling berkaitan satu sama lain, akan tetapi dalam tulisan ini khusus yang akan dibahas adalah tentang Hukum Karma.

PENJELASAN TENTANG KARMA

Berbeda dengan sebagian agama yang mengajarkan tentang "Takdir Tuhan" -dimana kehidupan kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang ditentukan oleh takdir Tuhan-, agama-agama dharma [Hindu, Buddha dan Jain] mengajarkan yang berbeda, yaitu "Hukum Karma".

Kadang ada kesalahpahaman bahwa hukum karma sama dengan "nasib", bahkan "suratan takdir Tuhan" [berarti semuanya ditentukan Tuhan]. Perlu diketahui bahwa dalam hukum karma tidaklah demikian, "suratan takdir" ini ditulis sendiri oleh diri kita sendiri. Kitalah yang mendesain nasib kita, bukan oleh Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dalam ajaran Hindu, Brahman atau Purusha memang diyakini sebagai penyebab utama, tetapi dalam hal ini Brahman sebenarnya hanya "pengamat / saksi abadi".

Karma berarti "perbuatan / tindakan". Hukum karma adalah hukum semesta sebab-akibat, dimana setiap tindakan kita akan membuahkan hasil tindakan atau buah karma [karma-phala]. Yang berarti apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, ditentukan sepenuhnya oleh tindakan diri kita sendiri. Tanpa ada intervensi dari Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dan yang dimaksud dengan "tindakan" itu adalah pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sendiri. Ketiganya ini yang akan berbuah atau membuahkan hasil. Oleh karena ada satu aksi, akan ada suatu reaksi. Hukum inilah yang mengatur kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos, kehidupan semua mahluk di alam semesta.

Hukum karma sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Tuhan, tapi tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya. Kalau kita sombong, maka yang akan datang kepada kita adalah kebencian. Kalau kita penuh kebaikan, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan pertolongan. Kalau kita menyakiti, maka kita akan disakiti. Kalau kita penuh kesabaran, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan kasih sayang. Kalau kita banyak mengambil kebahagiaan orang, maka kita juga akan banyak mengambil penderitaan, dll.

Hukum inilah yang menjelaskan, mengapa dalam kelahiran saat ini ada yang lahir miskin atau kaya, ada yang lahir tampan / cantik atau jelek, ada yang lahir dengan kehidupan mudah atau kehidupan penuh dengan kesulitan, dll.

Hukum karma bekerja pada semua lapisan badan kita [kosha]. Misalnya karma pada badan fisik : makan yang kurang teratur akan menyebabkan tubuh sakit. Atau karma pada badan pikiran : biasa berpikir yang positif dan sejuk akan berakibat pada perasaan kita sendiri yang menjadi tenang, dll. Atau kombinasi keduanya : suka marah-marah akan menyebabkan kita kena stroke di masa tua.

KARMA-PHALA [BUAH KARMA]

Berdasarkan rentang waktu, ada tiga jenis karma-phala yang didasarkan atas waktu dari buah karma itu matang dan kita terima, yaitu :

1. Sancita Karmaphala [karma masa lalu] - tindakan yang kita lakukan di masa lalu atau kehidupan [kelahiran] sebelumnya, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di saat ini atau di kehidupan [kelahiran] sekarang.
2. Prarabda Karmaphala [karma saat ini] - tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] matang dan kita terima di saat ini juga.
3. Kriyamana Karmaphala [karma masa depan] - tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di masa depan atau di kehidupan [kelahiran] berikutnya.

Sehingga, kalau di hari ini hidup kita banyak kesulitan, tidak punya banyak uang atau gagal mendapatkan apa yang kita inginkan, tidak perlu protes kepada kehidupan atau protes kepada Hyang Widhi, Dewa-Dewi dan Betara. Sadarilah bahwa itu hanya buah dari apa yang pernah kita lakukan di masa lalu.

TIGA JENIS CARA ORANG BERSIKAP DI DEPAN KARMA

Secara garis besar, ada tiga macam sikap orang di depan karma :

1. VIKARMA - Orang yang melawan karma-nya.

Cara terburuk berhubungan dengan karma adalah dengan melawannya. Ada hukum alam yang berlaku : siapa saja yang melawan karma-nya, dia akan disambut dengan kesengsaraan.

Tidak putaran karma-nya jadi orang kaya, memaksakan diri biar bisa jadi orang kaya [bahkan cara menipu atau korupsi-pun ditempuh], ujung-ujungnya pasti sengsara. Tidak putaran karma-nya jadi anggota DPR, memaksakan diri biar bisa jadi anggota DPR, ujung-ujungnya pasti sengsara. Tidak putaran karma-nya punya istri cantik, memaksakan diri biar bisa punya istri cantik, ujung-ujungnya pasti sengsara. Hanya mau yang baik dan tidak mau yang buruk, hanya mau yang menyenangkan dan tidak mau yang tidak menyenangkan. Hidup akan menjadi hidup yang terjebak dengan jerat ketidak-puasan, kesedihan, protes atau bahkan ketakutan.

2. KARMA-GYANI - Orang yang mengalir dengan karma-nya.

Cara yang baik untuk berhubungan dengan karma adalah dengan mengalir bersama putaran karma kita sendiri. Orang yang mengalir dengan karma-nya, bathinnya damai dan lebih mudah berbahagia. Bagi orang yang mengalir dengan karmanya, kedamaian dan kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Tidak saja dalam kehidupan kita bisa memilih untuk damai, tapi di depan kematian kita juga bisa memilih untuk damai.

Ketika kita punya cita-cita jadi direktur, berusaha dan bekerja keraslah untuk merealisasikannya, tetapi setelah semua usaha dan upaya keras, kemudian putaran karma kita hanya jadi pegawai biasa, mengalirlah damai dengan karma itu. Ketika punya cita-cita jadi orang kaya, berusaha dan bekerja keraslah untuk merealisasikannya, tetapi kalau kemudian setelah semua usaha dan upaya keras, putaran karma kita hanya punya uang terbatas, mengalirlah damai dengan karma itu. Kita musti bekerja keras di dalam melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita, tapi apapun yang terjadi, apapun hasilnya, terima dengan senyum damai. Dalam istilah tetua Jawa : nrimo ing pandum, karena itu bagus untuk memotong mata rantai kegelapan bathin seperti : kebencian, dendam, kemarahan, iri hati, keserakahan, dll.

Orang-orang seperti ini berani mengatakan ke diri sendiri : ini karma saya dan saya akan menyatu dengan karma saya ini. Semuanya dijalanin saja. Termasuk ketika dia disakiti, dihina, ditipu, ketemu orang jahat, ketemu orang yang memperlakukan dengan tidak baik, sakit keras, dll, dia berkata ke diri sendiri : saya sedang membayar hutang karma. Dan bagi dia tidak usah menciptakan karma buruk yang baru dengan cara marah-marah, protes atau bersedih. Termasuk ketika sudah membuat karma baik-pun tidak perlu dia ceritakan dan mengharapkan hasilnya.

3. AKARMA - Orang yang melampaui karma.

Ini adalah orang yang bertemu dengan puncak ajaran sanatana dharma. Di Jawa dan Bali, para tetua menyebutnya dengan wilayah-wilayah kamoksan [pembebasan], ketika seluruh dualitas [baik-buruk, hitam-putih, benar-salah, suci-kotor] berhenti. Atau biasa kita sebut sebagai Rwa Bhinneda. Yang tersisa hanya keheningan sempurna.

Di titik ini roda samsara berhenti, hukum karma berhenti bekerja dan kelahiran kembali ke dunia tidak lagi terjadi.

APAKAH KARMA BISA BERUBAH ?

Ada karma masa lalu [Sancita Karmaphala] dan ada karma saat ini [Prarabda Karmaphala]. Yang kita alami buah karma-nya saat ini adalah hasil interaksi karma masa lalu dan karma saat ini. Di masa lalu kita boleh punya banyak karma buruk [asubha karma], tapi kita bisa dapat keringanan kalau kita mengisi kehidupan kita di hari ini penuh dengan welas asih dan kebaikan. Atau sebaliknya, di masa lalu kita boleh punya banyak karma baik [subha karma], tapi kita bisa dapat kesulitan lain kalau kita mengisi kehidupan kita di hari ini dengan hal-hal yang tidak baik.

Misalnya >>> Putaran karma kita hari ini harus dibunuh orang lain [karena di beberapa kehidupan sebelumnya kita sering membunuh orang dan hari ini karmanya harus kita bayar]. Tapi karena di saat ini kita penuh dengan welas asih, kebaikan dan kita menghadapinya dengan sikap bathin yang tenang dan damai - kita tidak jadi dibunuh, kita hanya dipukuli saja. Atau misalnya putaran karma kita hari ini ditipu orang sampai benar-benar bangkrut, tapi karena di saat ini kita penuh dengan welas asih, kebaikan dan sikap bathin kita tenang, damai - kemudian entah bagaimana ada orang yang datang menolong kita sebelum kita jadi gelandangan. Dll.

Atau sebaliknya putaran karma kita hari ini akan menjadi pejabat penting [karena kita punya banyak tabungan karma baik dan hari ini buah-karmanya bisa kita nikmati], tapi karena disaat ini kita sering menjelek-jelekkan atasan kita, kita bisa batal jadi pejabat penting karena atasan kita marah kepada kita. Atau misalnya putaran karma kita hari ini menjadi orang kaya, tapi karena disaat ini kita suka judi atau selingkuh, kita bisa jatuh miskin. Dll.

Masa lalu tidak bisa diperbaiki karena sudah berlalu. Dalam kelahiran sebelumnya kita jadi siapa dan seperti apa, itu tidak penting karena sudah berlalu dan tidak bisa diperbaiki. Yang paling penting adalah BAGAIMANA KITA BERSIKAP DAN BERPERILAKU DI HARI INI. Bahkan orang yang harus mengalami karma buruk-pun bisa dapat keringanan kalau sikap dan perilaku-nya baik di saat ini. Demikian juga sebaliknya.

Sehingga fokus sikap hidup yang tepat bagi kita di saat ini adalah :

1. LAKSANAKAN AJARAN DHARMA. Bersihkan bathin dari Sad Ripu [enam kegelapan bathin] melalui kesabaran, rasa syukur, kerendah-hatian, dll. Bersikaplah penuh welas asih dan banyak-banyak melakukan kebaikan-kebaikan kepada semua mahluk.

2. LAKSANAKAN DENGAN SEBAIK-BAIKNYA APA SVADHARMA [TUGAS KEHIDUPAN] KITA SAAT INI. TAPI APAPUN HASILNYA, TERIMA DENGAN SENYUM DAMAI. Kerja keraslah di dalam melaksanakan svadharma kita, jadi apapun kita : pegawai, pengusaha, tentara, guru, pedagang, sebagai orang tua di rumah, dll. Kalau kita jadi tukang sapu jalan, jadikanlah jalan itu jalan paling bersih di dunia. Kalau kita jadi polisi, jadikanlah wilayah tugas kita wilayah teraman di dunia. Karena melaksanakan svadharma dengan baik membuat kita terhindar dari hutang karma yang baru, sekaligus membuat banyak karma baik.


Hanya dengan cara melaksanakan kedua hal itu secara bersama-sama, karma buruk bisa dikurangi dan karma baik bisa diperbanyak. Syukur-syukur kalau jalan-jalan menuju pembebasan kemudian bisa banyak terbuka untuk kita, karena di SAAT INI perilaku kita penuh welas asih, kebaikan, sabar, rendah hati dan sikap bathin kita yang terkendali, tenang dan damai.

Rumah Dharma – Hindu Indonesia
05 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar